Thursday, April 19, 2012

Model Pembelajaran Kontuktivisme


A.   Pengertian Model Pembelajaran Konstruktivisme
Kontruktivisme merupakan pendekatan multidisipler. Kontruktivisme hampir bisa dikatakan bukan suatu mazhab pemikiran baru. Jean Piaget dan Lev Vygotsty, nama-nama yang tetap dihubungkan dengan kontruktivis, sama sekali bukan orang baru dalam panggung studi bahasa.
Beberapa pengertian model menurut beberapa ahli adalah
1.   Menurut Agus Suprijono, model adalah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas maupun tutorial.
2.   Menurut Mills : “model adalah bentuk representasi akurat sebagai proses actual yang memungkinkan seseorang atau sekelompok orang mencoba bertindak berdasarkan model itu”
3.             Menurut kamus besar bahasa Indonesia, model adalah contoh, pola, acuan.
Beberapa pengertian pembelajaran menurut beberapa ahli adalah :
1.           Menurut kamus besar Bahasa Indonesia, pembelajaran adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu.
2.            Menurut James O.Whittaker, belajar adalah proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui pengalaman.
3.           Menurut Cronchbach, belajar adalah suatu aktitas yang ditunjukkan oleh perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman.
Sedangkan kontruktivisme berasal dari kata Kontruksi berarti bersifat membangun, dalam konteks filsafat pendidikan, Konstruktivisme adalah suatu upaya membangun tata susunan hidup yang berbudaya modern. Konstruktivisme merupakan landasan berfikir (filosofi) pembelajaran konstektual yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak sekonyong-konyong. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Manusia harus mengkontruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata.
Dari pengertian diatas dapat kita ketahui model pembelajaran kontruktivisme memperlihatkan bahwa pembelajaran merupakan proses aktif dalam membuat sebuah pengalaman menjadi akal, dan proses ini sangat dipengaruhi oleh apa yang sudah diketahui orang sebelumnya.
Manusia dapat mengetahui sesuatu dengan menggunakan indranya. Melalui interaksinya dengan objek dan lingkungan, misalnya dengan melihat, mendengar, menjamah, membau, atau merasakan,seseorang dapat mengetahui sesuatu. Pengetahuan bukanlah sesuatu yang sudah ditentukan, melainkan proses pembentukan. Semakin banyak seseorang berinteraksi dengan objek dan lingkungan, pengetahuan dan pemahamannya akan objek dan lingkungan akan meningkat dan lebih rinci.
Pendekatan konstruktivisme merupakan proses pembelajaran yang menerangkan bagaimana pengetahuan disusun dalam pemikiran pelajar. Pengetahuan dikembangkan secara aktif oleh pelajar itu sendiri dan tidak diterima secara pasif dari orang disekitarnya. Hal ini bermakna bahwa pembelajaran merupakan hasil dari usaha pelajar itu sendiri dan bukan hanya ditransfer dari guru kepada pelajar. Hal tersebut berarti siswa tidak lagi berpegang pada konsep pengajaran dan pembelajaran yang  lama, dimana guru hanya menuangkan atau mentransfer ilmu kepada siswa tanpa adanya usaha terlebih dahulu dari siswa itu sendiri.
B.    Ciri-ciri Konstruktivisme
1.       Pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri.
Guru hanya dapat mengarahkan murid untuk dapat memahami pembelajaran, akan tetapi muridlah yang mencerna dan membuat pengetahuan itu menjadi masuk akal olehnya.
2.       Pengetahuan tidak dapat dipindahkan dari guru ke murid, kecuali hanya dengan keaktifan murid sendiri untuk menalar.
Dalam hal ini guru berperan membantu agar proses pengkonstruksian pengetahuan oleh murid berjalan lancar. Guru tidak mentransfer pengetahuan yang dimilikinya, melainkan membantu murid untuk membentuk pengetahuannya sendiri.
3.       Murid aktif megkontruksi secara terus menerus, sehingga selalu terjadi perubahan konsep ilmiah.
Pengetahuan murid tidak dapat diperoleh secara instan, murid harus dapat mengembangkan pikirannya sendiri secara terus menerus melalui pengalaman dan mengaitkannya dengan pengetahuan sebelumnya. Sehingga perubahan konsep ilmiah pun terjadi .
4.       Guru sekedar membantu menyediakan saran dan situasi agar proses kontruksi berjalan lancar.
5.       Struktur pembalajaran seputar konsep utama pentingnya sebuah pertanyaan.
C.         Beberapa Prinsip yang Harus Diperhatikan dalam Model Kontruktivisme
1.             Peserta didik harus selalu aktif selama pembelajaran. Proses aktif ini adalah proses membuat segala sesuatu masuk akal.
2.             Proses berpikir selalu dipengaruhi oleh pengetahuan sebelumnya. Apabila seseorang belum memiliki pengetahuan sebelumnya maka orang itu akan kesulitan untuk mencerna pengetahuan yang baru.
3.             Proses berpikir dibantu oleh metode intruksi yang memungkinkan bertukar pikiran, melalui diskusi, tanya jawab, dll.
4.             Tanya jawab didorong oleh kegiatan ingin tahu para peserta didik. Jadi, kalau peserta didik tidak bertanya tidak bicara, berarti peserta didik tidak belajar secara optimal.
5.             Kegiatan belajar mengajar tidak hanya merupakan suatu proses pengalihan pengetahuan, tapi juga pengalihan keterampilan dan kemampuan.
D.            Metode Pembelajaran Model Kontruktivisme
Metode pembelajaran yang menunjang pelaksanaan model kontruktivisme adalah active learning seperti role playing. Active playing (belajar aktif), interpretation (penafsiran), make sense (masuk akal), negotiation (pertukaran pikiran), cooperative (kerjasama), dan inquiry (menyelidik).
Strategi pokok dari model belajar mengajar kontruktivisme adalah meaningful learning, yang mengajak peserta didik berpikir dan memahami materi pelajaran, bukan sekedar mendengar, menerima dan mengingat-ingat. Setiap unsur materi pelajaran harus diolah dan diinterprestasikan sedemikian rupa sehingga masuk akal. Pengetahuan baru terbentuk dari sesuatu yang masuk akal. Sesuatu yang tidak masuk akal tidak akan menempel lama dalam pikiran.
Beberapa strategi active learning :
1.             Pusat kegiatan belajar adalah peserta didik yang aktif
Peserta didik harus aktif karena peserta didik adalah pusat dari kegiatan belajar mengajar. Peserta harus dilibatkan dalam tanya jawab yang terarah. Peserta harus bisa bertanya serta dapat mencari solusi dari permasalahan. Peserta didik didorong untuk dapat menerima informasi dari pendidik dan membuatnya masuk akal didalam pikiran peserta didik sendiri. Strategi seperti ini memerlukan waktu yang cukup panjang, dan perlunya tanya jawab, pertukaran pikiran, diskusi, dan perdebatan agar dapat mencapai pengertian yang sama.
2.             Pembelajaran dimulai yang diketahui siswa
Setiap pembelajaran yang baru harus dikaitkan dengan berbagai pengetahuan dan pengalaman yang ada sebelumnya. Karena itulah kegiatan belajar mengajar harus dimulai dari hal yang telah diketahui sebelumnya agar materi yang baru dapat diterima peserta didik dengan mudah.
3.             Bangkitkan motivasi belajar peserta didik dengan membuat materi lebih menarik dan berguna dalam kehidupan peserta didik
Peran pendidik dalam menggunakan strategi pembelajaran sangat berpengaruh untuk memotivasi belajar peserta didik. Dan motivasi tersebut harus dapat meyakinkan peserta didik agar menerapkannya dalam kehidupan dan sangat berguna bagi kehidupan. Disamping itu, pendidik harus lebih pandai memilih metode yang pantas dipakai dalam setiap pembelajaran sehingga pembelajaran lebih menarik dan tidak membosankan.
Pemanasan – apersepsi
1.             Pelajaran dimulai dengan hal-hal yang diketahui dan dipahami peserta didik.
2.             Motivasi peserta didik dengan bahan ajar yang menarik dan berguna bagi peserta didik.
Fokus dalam proses ini adalah menempatkan berbagai usaha siswa untuk memahami pembentukan pembelajaran dalam pendidikan. Kesadaran yang timbul pada diri siswa, bukan berarti guru melonggarkan tanggungjawabnya untuk memberikan pengarahan atau bimbingan.
3.             Peserta didik didorong agar tertarik untuk mengetahui hal-hal yang baru.
Eksplorasi
1.             Materi/keterampilan baru diperkenalkan
2.             Kaitkan materi dengan pengetahuan yang sudah ada pada peserta didik
Menurut pandangan ahli konstruktivisme, setiap siswa mempunyai  peranan dalam menentukan apa yang dipelajari. Penekanan diberi kepada siswa agar dapat membentuk kemahiran dan pengetahuan yaitu dengan mengaitkan pengalaman yang terdahulu dengan kegunaannya di masa depan. Siswa tidak hanya diberikan penekanan terhadap fakta atau konsep tetapi juga diberikan penekanan terhadap proses berpikir serta kemahiran berkomunikasi.
3.             Cari metodologi yang paling tepat dalam meningkatkan penerimaan peserta didik terhadap materi baru tersebut.
Konsolidasi Pembelajaran
1.             Libatkan peserta didik secara aktif dalam menafsirkan dan memahami materi ajaran baru.
Peserta didik dipengaruhi oleh pengetahuannya yang berada dalam diri mereka. Mereka berbagi strategi dan penyelesaian, debat antara satu dengan lainnya, berpikir secara kritis tentang cara terbaik menyelesaikan setiap masalah. Pendidik tidak mengajarkan kepada anaknya bagaimana menyelesaikan persoalan, namun mempresentasikan masalah dan mendorong (encourage) siswa untuk menemukan cara mereka sendiri dalam menyelesaikan permasalahan.
Pada saat peserta didik memberikan jawaban, pendidik mencoba untuk tidak mengatakan bahwa jawabannya benar atau tidak benar. Namun pendidik mendorong peserta didik untuk setuju atau tidak setuju kepada ide seseorang dan saling tukar menukar ide sampai persetujuan dicapai tentang apa yang dapat masuk akal peserta didik.
2.             Libatkan siswa secara aktif.
3.             Letakkan penekanan pada kaitan antara materi ajar yang baru dengan berbagai aspek kegiatan kehidupan.
4.             Cari metodologi yang paling tepat agar terjadi perubahan pada sikap dan perilaku peserta didik.
Penilaian Formatif
1.             Kembangkan cara-cara untuk menilai hasil pembelajaran peserta didik.
2.             Gunakan hasil penilaian tersebut untuk melihat kelemahan peserta didik dari masalah-masalah yang dihadapi pendidik.
3.             Cari metode yang tepat sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
F.       Aplikasi dan Implikasi dalam Pembelajaran
a.       Setiap guru akan pernah mengalami bahwa suatu materi telah dibahas dengan jelas-jelasnya namun masih ada sebagian siswa yang belum mengerti ataupun tidak mengerti materi yang diajarkan sama sekali. Hal ini menunjukkan bahwa seorang guru dapat mengajar suatu materi kepada sisiwa dengan baik, namun seluruh atau sebagian siswanya tidak belajar sama sekali. Usaha keras seorang guru dalam mengajar tidak harus diikuti dengan hasil yang baik pada siswanya. Karena, hanya dengan usaha yangkeras para sisiwa sedirilah para siswa akan betul-betul memahami suatu materi yang diajarkan.
b.       Tugas setiap guru dalam memfasilitasi siswanya, sehingga pengetahuan materi yang dibangun atau dikonstruksi para siswa bukan ditanamkan oleh guru. Para siswa harus dapat secara aktif mengasimilasikan dan mengakomodasi pengalaman baru kedalam kerangka kognitifnya
c.       Untuk mengajar dengan baik, guru harus memahami model-model mental yang digunakan para siswa untuk mengenal dunia mereka dan penalaran yang dikembangkandan yang dibuat para sisiwa untuk mendukung model-model itu.
d.       Siswa perlu mengkonstruksi pemahaman yang mereka sendiri untuk masing-masing konsep materi sehingga guru dalam mengajar bukannya “menguliahi”, menerangkan atau upaya-upaya sejenis untuk memindahkan pengetahuan pada siswa tetapi menciptakan situasi bagi siswa yang membantu perkembangan mereka membuat konstruksi-konstruksi mental yang diperlukan.
e.       Kurikulum dirancang sedemikian rupa sehingga terjadisituasi yang memungkinkan pengetahuan dan keterampilan dapat dikonstruksi oleh peserta didik.
f.       Latihan memecahkan masalah seringkali dilakukan melalui belajar kelompok dengan menganalisis masalah dalam kehidupan sehari-hari.
g.       Peserta didik diharapkan selalu aktif dan dapat menemukan cara belajar yang sesuai dengan dirinya. Guru hanya sebagai fasilitator, mediator, dan teman yang membuat situasi kondusif untuk terjadinya konstruksi pengetahuan pada diri peserta didik.[16]



G.       Kelebihan dan Kekurangan Konstruktivisme
a. Kelebihan
Murid berfikir untuk menyelesaikan masalah, mencana idea dan membuat keputusan. Faham karena murid terlibat secara langsung dalam mebina pengetahuan baru, mereka akan lebih faham dan boleh mengapliksikannya dalam semua situasi. Selian itu murid terlibat secara langsung dengan aktif, mereka akan ingat lebih lama semua konsep.
Kemahiran sosial diperoleh apabila berinteraksi dengan rekan dan guru dalam membina pengetahuan baru; Adanya motivasi untuk siswa bahwa belajar adalah tanggung jawab siswa itu sendiri; Mengembangkan kemampuan siswa untuk mengejukan pertanyaan dan mencari sendiri pertanyaannya; Membantu siswa untuk mengembangkan pengertian dan pemahaman konsep secara lengkap; Mengembangkan kemampuan siswa untuk menjadi pemikir yang mandiri; Lebih menekankan pada proses belajar bagaimana belajar itu.
b. Kelemahan
Dalam bahasan kekurangan atau kelemahan ini mungkin bisa kita lihat dalam proses belajarnya dimana peran guru sebagai pendidik itu sepertinya kurang begitu mendukung; siswa berbeda persepsi satu dengan yang lainnya; perlunya waktu yang banyak dalam model ini.


[1] H.Douglas Brown, Prinsip Pembelajaran dan Pengajaran Bahasa, (Person Education,Inc,2008)h.13
[2] http://zonainfosemua.blogspot.com/2010/11/pengertian-model-pembelajaran-dari.html
[3] Muhammad Ali, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Modern, (Jakarta : Pustaka Amani)h.254
[4] Ibid,h.30
[5] Djamarah, Syaiful Bahri, Psikologi Belajar, (Rineka Cipta,1999)
[6] http://edukasi.kompasiana.com/2011/10/24/teori-belajar-konstruktivisme/
[7] Dr.C.Asri Budiningsih, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta : Rineka Cipta, 2005)h.57
[8] http://edukasi.kompasiana.com/2011/10/24/teori-belajar-konstruktivisme/
[9] Prof.Dr.Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta : Kalam Mulia,2010)h.212
[10] ibid
[11] Ibid, h.213
[12] Ibid, h.214
[14] Ramayulis, opcit, h.214
[15] Ibid, h.215
[16] edukasi.kompasiana.com/2011/10/24/teori-belajar-konstruktivisme/

No comments: