BAB
I
PENDAHULUAN
Pendidikan
merupakan aspek penting bagi perkembangan sumber daya manusia, sebab pendidikan
merupakan salah satu instrumen yang digunakan bukan saja untuk membebaskan
manusia dari keterbelakangan, melainkan juga dari kebodohan dan kemiskinan.
Pendidikan diyakini mampu menanamkan kapasitas baru bagi semua orang untuk
mempelajari pengetahuan dan keterampilan baru sehingga dapat diperoleh manusia
produktif. Di sisi lain, pendidikan dipercayai sebagai perluasan akses dan
mobilitas sosial dalam masyarakat baik secara horizontal maupun vertikal.
Kurikulum
merupakan alat yang sangat penting bagi keberhasilan suatu pendidikan. Kurikulum
dalam arti sempit diartikan sebagai kumpulan berbagai matapelajaran/mata kuliah
yang diberikan kepada peserta didik melalui kegiatan yang dinamakan proses
pembelajaran.
Tanpa
kurikulum yang sesuai dan tepat akan sulit untuk mencapai tujuan dan sasaran
pendidikan yang diinginkan. Dalam sejarah pendidikan diIndonesia sudah beberapa
kali diadakan perubahan dan perbaikan kurikulum yang tujuannya sudah tentu
untuk menyesuaikannya dengan perkembangan dan kemajuan zaman. Antara
lain Kurikulum 1968, Kurikulum 1975, Kurikulum 1984 dan Kurikulum 1994.
Berbagai alasan dan pendekatan dipakai dalam penyempurnaan kurikulum. Dengan kurikulum yang sesuai dan tepat, maka
dapat diharapkan sasaran dan tujuan pendidikan akan dapat tercapai secara
maksimal.
Pada
kurikulum 1984, proses pembelajaran menekankan pada pola pengajaran yang
berorientasi pada teori belajar mengajar dengan kurang memperhatikan muatan
(isi) pelajaran. Hal ini terjadi karena suasana pendidikan di LPTK (lembaga Pendidikan
Tenaga Kependidikan) pun lebih mengutamakan teori tentang proses belajar
mengajar. Akibatnya, pada saat itu dibentuklah Tim Basic Science yang salah
satu tugasnya ikut mengembangkan kurikulum di sekolah. Tim ini memandang bahwa
materi (isi) pelajaran harus diberikan cukup banyak kepada siswa, sehingga
siswa selesai mengikuti pelajaran pada periode tertentu akan mendapatkan materi
pelajaran yang cukup banyak.[1]
Kurikulum
1994 dibuat sebagai penyempurnaan kurikulum 1984 dan dilaksanakan sesuai dengan
Undang-Undang no. 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Hal ini
berdampak pada sistem pembagian waktu pelajaran, yaitu dengan mengubah dari
sistem semester ke sistem caturwulan. Dengan sistem caturwulan yang
pembagiannya dalam satu tahun menjadi tiga tahap diharapkan dapat memberi
kesempatan bagi siswa untuk dapat menerima materi pelajaran cukup banyak.
Terdapat ciri-ciri yang menonjol dari pemberlakuan kurikulum 1994, di antaranya
sebagai berikut. Pembagian tahapan pelajaran di sekolah dengan sistem
caturwulan Pembelajaran di sekolah lebih menekankan materi pelajaran yang cukup
padat (berorientasi kepada materi pelajaran/isi).[2] Oleh
sebab itu, penulis akan membahas tentang “Kurikulum 1994”.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Tujuan
dan Proses Belajar Kurikulum 1994
Kurikulum
1994 bergulir lebih pada upaya memadukan kurikulum-kurikulum sebelumnya.
“Jiwanya ingin mengkombinasikan antara Kurikulum 1975 dan Kurikulum 1984,
antara pendekatan proses,” kata Mudjito menjelaskan.[3]
Secara
umum tujuan diterapkannya kurikulum 1994 adalah meningkatkan mutu pendidikan
melalui siswa mampu menguasai materi yang diberikan, bahan ajar berdasarkan TIU
(Tujuan Institusional Umum) dan TIK (Tujuan Institusional Khusus) dan
menyiapkan siswa melanjutkan ke jenjang pendidikan tinggi.[4]
Pada
kurikulum 1994 muncul istilah CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif). Kegiatan belajar
cenderung di dalam kelas, mengejar target berupa materi yang harus dikuasai,
berorientasi kognitif. Bahan ajar yang akan disampaikan oleh guru harus
berdasarkan pada TIU dan TIK (tujuan pembelajaran). Selain itu, kurikulum 1994
bertujuan untuk membekali siswa untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan yang
lebih tinggi.[5]
Kegiatan
belajar cenderung didalam kelas. Proses pembelajaran bersifat klasikal dengan
tujuan menguasai materi pelajaran. Guru dianggap sebagai pusat dari
pembelajaran, karena guru menyampaikan materi hanya menggunakan satu metode
saja, yaitu metode ceramah. Oleh karena itu guru dianggap sebagai pusat
pembelajaran. Metode yang digunakan mengajar cenderung monotone yaitu ceramah,
tidak menggunakan metode-metode lain yang melibatkan siswa aktif. Guru mengajar
hanya mengejar target berupa materi yang harus dikuasai dan berorientasi kognitif.[6]
Namun,
perpaduan tujuan dan proses pada kurikulum 1994 belum berhasil. Kritik
bertebaran, dikarenakan beban belajar siswa dinilai terlalu berat. Dari muatan
nasional hingga lokal. Materi muatan lokal disesuaikan dengan kebutuhan daerah
masing-masing, misalnya bahasa daerah kesenian, keterampilan daerah, dan
lain-lain. Hasilnya, Kurikulum 1994 menjelma menjadi kurikulum super padat.
Kejatuhan rezim Soeharto pada 1998, diikuti kehadiran Suplemen Kurikulum 1999.
Tapi perubahannya lebih pada menambal sejumlah materi.[7]
B.
Ciri-ciri
Kurikulum 1994
Terdapat
ciri-ciri yang menonjol dari pemberlakuan kurikulum 1994, di antaranya sebagai
berikut:
1. Pembagian
tahapan pelajaran di sekolah dengan sistem caturwulan
2. Pembelajaran
di sekolah lebih menekankan materi pelajaran yang cukup padat (berorientasi
kepada materi pelajaran/isi)
3. Kurikulum
1994 bersifat populis, yaitu yang memberlakukan satu sistem kurikulum untuk
semua siswa di seluruh Indonesia. Kurikulum ini bersifat kurikulum inti
sehingga daerah yang khusus dapat mengembangkan pengajaran sendiri disesuaikan
dengan lingkungan dan kebutuhan masyarakat sekitar.
Dalam
pelaksanaan kegiatan, guru hendaknya memilih dan menggunakan strategi yang
melibatkan siswa aktif dalam belajar, baik secara mental, fisik, dan social. Dalam
mengaktifkan siswa guru dapat memberikan bentuk soal yang mengarah kepada
jawaban konvergen, divergen (terbuka, dimungkinkan lebih dari satu jawaban),
dan penyelidikan.
Dalam
pengajaran suatu mata pelajaran hendaknya disesuaikan dengan kekhasan
konsep/pokok bahasan dan perkembangan berpikir siswa, sehingga diharapkan akan
terdapat keserasian antara pengajaran yang menekankan pada pemahaman konsep dan
pengajaran yang menekankan keterampilan menyelesaikan soal dan pemecahan
masalah.
4. Pengajaran
dari hal yang konkrit ke hal yang abstrak, dari hal yang mudah ke hal yang
sulit, dan dari hal yang sederhana ke hal yang kompleks.
5. Pengulangan-pengulangan
materi yang dianggap sulit perlu dilakukan untuk pemantapan pemahaman siswa.
C.
Kekurangan
Kurikulum 1994 dan Penyempurnaannya
Selama
dilaksanakannya kurikulum 1994 muncul beberapa permasalahan, terutama sebagai
akibat dari kecenderungan kepada pendekatan penguasaan materi (content
oriented), di antaranya sebagai berikut:[8]
1.
Beban belajar
siswa terlalu berat karena banyaknya mata pelajaran dan banyaknya materi/substansi
setiap mata pelajaran.
2.
Materi pelajaran
dianggap terlalu sukar karena kurang relevan dengan tingkat perkembangan
berpikir siswa, dan kurang bermakna karena kurang terkait dengan aplikasi
kehidupan sehari-hari.
3.
Proses
pembelajaran bersifat klasikal dengan tujuan menguasai materi pelajaran, guru
sebagai pusat pembelajaran. Target pembelajaran pada penyampaian materi.
4.
Evaluasi atau
sistem penilaian menekankan pada kemampuan kognitif. Keberhasilan siswa diukur
dan dilaporkan atas dasar perolehan nilai yang dapat diperbandingkan dengan
nilai siswa lain. Ujian hanya menggunakan teknik paper and pencil test.
Permasalahan
di atas terasa saat berlangsungnya pelaksanaan kurikulum 1994. Hal ini
mendorong para pembuat kebijakan untuk menyempurnakan kurikulum tersebut. Salah
satu upaya penyempurnaan itu diberlakukannya Suplemen Kurikulum 1999.
Penyempurnaan tersebut dilakukan dengan tetap mempertimbangkan prinsip
penyempurnaan kurikulum, yaitu:
1.
Penyempurnaan
kurikulum secara terus menerus sebagai upaya menyesuaikan kurikulum dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta tuntutan kebutuhan
masyarakat.
2.
Penyempurnaan
kurikulum dilakukan untuk mendapatkan proporsi yang tepat antara tujuan yang
ingin dicapai dengan beban belajar, potensi siswa, dan keadaan lingkungan serta
sarana pendukungnya.
3.
Penyempurnaan
kurikulum dilakukan untuk memperoleh kebenaran substansi materi pelajaran dan
kesesuaian dengan tingkat perkembangan siswa.
4.
Penyempurnaan
kurikulum mempertimbangkan berbagai aspek terkait, seperti tujuan materi,
pembelajaran, evaluasi, dan sarana/prasarana termasuk buku pelajaran.
5.
Penyempurnaan
kurikulum tidak mempersulit guru dalam mengimplementasikannya dan tetap dapat
menggunakan buku pelajaran dan sarana prasarana pendidikan lainnya yang
tersedia di sekolah.
Penyempurnaan
kurikulum 1994 di pendidikan dasar dan menengah dilaksanakan bertahap, yaitu
tahap penyempurnaan jangka pendek dan penyempurnaan jangka panjang.[9]
BAB
III
PENUTUP
Secara
umum tujuan diterapkannya kurikulum 1994 adalah meningkatkan mutu pendidikan
melalui siswa mampu menguasai materi yang diberikan, bahan ajar berdasarkan TIU
(Tujuan Institusional Umum) dan TIK (Tujuan Institusional Khusus) dan menyiapkan
siswa melanjutkan ke jenjang pendidikan tinggi.
Ciri-ciri
yang menonjol dari kurikulum 1994, yaitu:
1. Pembagian
tahapan pelajaran di sekolah dengan sistem caturwulan
2. Pembelajaran
di sekolah lebih menekankan materi pelajaran yang cukup padat (berorientasi
kepada materi pelajaran/isi)
3. Kurikulum
1994 bersifat populis, yaitu memberlakukan satu sistem kurikulum untuk semua
siswa di seluruh Indonesia.
Kekurangan kurikulum 1994 yaitu:
1. Beban
belajar siswa terlalu berat karena banyaknya mata pelajaran dan banyaknya
materi/substansi setiap mata pelajaran.
2. Materi
pelajaran dianggap terlalu sukar karena kurang relevan dengan tingkat
perkembangan berpikir siswa, dan kurang bermakna karena kurang terkait dengan
aplikasi kehidupan sehari-hari.
3. Proses
pembelajaran bersifat klasikal dengan tujuan menguasai materi pelajaran, guru
sebagai pusat pembelajaran.
4. Evaluasi
atau sistem penilaian menekankan pada kemampuan kognitif.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.slideshare.net/AhmadWahyudinRocknRoll/kurikulum-1994-dan-suplemen-kurikulum-1999
http://www.scribd.com/doc/85564232/BAB-II-Makalah-Peng-kurikulum
http://titinmath.wordpress.com/2012/01/13/makalah-tentang-kurikulum-di-indonesia/
http://masanggastainkediri.blogspot.com/2011/01/orientasi-pengembangan-kurikulum.html
[1] http://wawan-junaidi.blogspot.com/2009/11/kurikulum-1994.html
[2] http://gledysapricilia.wordpress.com/study/sejarah-perkembangan-kurikulum-di-indonesia/
[3] http://www.slideshare.net/AhmadWahyudinRocknRoll/kurikulum-1994-dan-suplemen-kurikulum-1999
[4] http://globotech88.wordpress.com/2010/03/18/perbedaan-kurikulum-1994-dan-ktsp/
[5]
ibid
[6]
ibid
[7] http://www.scribd.com/doc/85564232/BAB-II-Makalah-Peng-kurikulum
[8] http://viewyuli.wordpress.com/2012/12/20/makalah-perkembangan-kurikulum-di-indonesia/
[9] http://titinmath.wordpress.com/2012/01/13/makalah-tentang-kurikulum-di-indonesia/