Monday, June 18, 2012

Peranan Guru dan Kelakuan Murid



BAB I
PENDAHULUAN
Latar belakang sosial ekonomi profesi seorang guru kebanyakan kalangan menengah ke bawah. Sulit kita menemui atau masih sedikit daya yang menyebutkan kalangan sosial ekonomi menengah ke atas bersedia memilih bekerja sebagai guru. Profesi guru jelas bukan profesi yang berkelas dengan gaji yang besar, bukan profesi yang enak dan mengasyikkan. Status ini penuh beban moral dan sosial dengan apa yang diucapkannya, baik itu dalam relasi sosialnya di sekolah maupun di luar sekolah.
Dalam kehidupan sehari-hari, masyarakat tidak pernah terlepas dari seorang guru. Peranan guru sangat terasa oleh masyarakat. Guru merupakan seseorang yang sangat berjasa dalam mendidik dan mencerdaskan kehidupan bangsa, dimana guru harus dapat memberi contoh dan teladan kepada murid serta masyarakat.
Guru adalah orang yang memberikan pengetahuan kepada anak didik. Sementara anak didik adalah setiap orang yang menerima pengaruh dari seseorangn atau sekelompok orang yang menjalankan kegiatan pendidikan. Keduanya merupakan unsur paling vital di dalam proses belajar-mengajar.[1]
Peranan guru sangat mempengaruhi proses belajar mengajar. Peranan guru harus bisa mempengaruhi murid dan membuat murid menjadi lebih baik. Dalam segi kognitif, afektif, maupun psikomotorik. Guru harus mampu mempengaruhi kelakuan murid dan harus bisa menjadi teladan bagi murid.
Guru memiliki cara berbeda dalam menjalankan peranannya sebagai guru. Hal ini juga mempengaruhi kelakuan murid terhadap guru itu sendiri. Oleh karena itu tak jarang murid memperlakukan guru yang satu berbeda dengan guru yang lainnya.
Hal ini yang perlu dibahas secara mendalam. Oleh karena itu penulis membuat makalah yang berjudul “Peranan Guru dan Kelakuan Murid”.
BAB II
PEMBAHASAN
A.            Jenis-jenis hubungan guru murid
Guru merupakan seseorang yang sangat berjasa dalam hal mencerdaskan kehidupan bangsa. Guru dipandang sebagai sumber keteladanan dan dituntut berperilaku ideal secara normatif.
Peranan guru terhadap murid-muridnya merupakan peran vital dari sekian banyak peran yang harus ia jalani. Hal ini dikarenakan komunitas utama yang menjadi wilayah tugas guru adalah di dalam kelas untuk memberikan keteladanan, pengalaman serta ilmu pengetahuan kepada mereka.
Seorang guru harus bisa menempatkan dirinya sebagai seorang yang mempunyai kewibawaan dan otoritas tinggi, guru harus bisa menguasai kelas dan bisa mengontrol anak didiknya. Hal ini sangat perlu guna menunjang keberhasilan dari tugas guru yang bersangkutan yakni belajar dan mengajar.[2]
Di dalam kelas, guru memiliki daya utama yang menentukan norma-norma di dalam kelasnya dan otoritas guru sukar dibantah. Guru menentukan apa yang harus dilakukan oleh murid agar ia belajar.[3] Hal-hal yang bersifat pemaksaan kadang perlu digunakan demi tujuan di atas. Misalnya pada saat guru menyampaikan materi belajar padahal waktu ujian sangat mendesak, pada saat bersamaan ada seorang murid ramai sendiri sehingga mengganggu suasana belajar mengajar di kelas, maka guru yang bersangkutan memaksa anak tadi untuk diam sejenak sampai pelajaran selesai dengan cara tertentu.
Tiap guru mempunyai hubungan yang berbeda menurut pribadi dan situasi yang dihadapi. Untuk mempelajarinya dapat berpegang pada tipe-tipe guru, misalnya guru yang otoriter yang menjaga jarak dengan murid dan guru yang ramah, yang dekat dan akrab dengan muridnya. [4]
Guru yang otoriter tak mengizinkan anak melewati batas atau jarak sosial tertentu. Guru itu tak ingin murid menjadi akrab dengan dia. Juga dalam situasi rekreasi ia mempertahankan jarak. Guru tetap merasa berkuasa dan berhak ditaati. Guru yang otoriter ini, yang mungkin dianggap kurang ramah tiak akan diajak oleh murid-murid dalam kegiatan santai. Murid juga tidak akan mudah membicarakan hal pribadi dengan dia. Jadi antara guru dan murid tidak terdapat hubungan yang akrab.[5]
Guru dan murid saling menjaga jarak. Murid cenderung takut untuk mendekati guru dan enggan berlama-lama dengan guru tersebut. murid merasa tidak leluasa dan merasa terkekang dengan guru, karena murid tidak nyaman dengan guru. Hal ini mempengaruhi kelakuan murid terhadap guru tersebut.
Sebaliknya guru yang ramah akan dekat dengan muridnya. Murid-murid suka meminta dia turut serta dalam kegiatan rekreasi dan membicarakan soal pribadi, namun mungkin dianggap kurang berwibawa. Murid merasa nyaman dan senang berada di dekat guru. Murid cenderung semangat kepada guru dan patuh terhadap guru, murid pun dengan senang hati membantu guru jika guru dalam kesusahan dan senang jika murid diperlukan oleh guru tersebut.
Tipe guru yang murni, yang sepenuhnya otoriter dan sepenuhnya ramah tentu tidak ada. Tiap guru akan mempunyai kedua sifat itu dalm taraf tertentu. Akan tetapi kedua tipe itu dapat dijadikan analisis hubungan antara guru dan murid. Peranan yang dijalankan  oleh guru dalam hubungan dengan muridnya akan mendekati salah satunya tipe itu dalam taraf berbeda-beda. Respons murid terhadap peranan guru itu merupakan faktor uatama yanag menentukn efektivitas guru. [6]
Tipe guru yang dominatif menguasai murid, menentukan, mengatur kelakuan murid dan menginginkan murid seperti yang guru inginkan. Guru ini sering mencampuri apa yang dilakukan murid dalam hal ini apat menimbulkan konflik antara dia dan murid. Sebaliknya guru yang integratif membolehkan ank untuk menentukan sendri apa yang disarankan oleh guru. Murid diajak berunding dam merencanakan bersama apa yang dikerjakan untuk mencapai tujuan yang ditentukan bersama.[7]



B.             Reaksi murid terhadap peranan guru
Pendidik dan peserta didik merupakan dua jenis status yang dimiliki oleh manusia-manusia yang memainkan peran fungsional dalam wilayah aktivitas yang terbingkai sebagai dunia pendidikan.
Proses pendidikan banyak terjadi dalam interaksi sosial anatara gurur dan murid. Sifat interaksi ini banyak bergantung pada tindakan guru yang ditentukan natara lain oleh tipe peranan guru.
Reaksi murid yang berlainan terhadap tuntutan guru yang kurang dikehendaki antara lain : mengganggu jalannya pelajaran dalam kelas dan mengancam adanya perbedaan antara status guru dan murid.[8]
Dalam penelitian murid menyukai guru yang ramah, yang paling sering turut serta dalam kegiatan rekreasi mereka, yang dapat dipercayakan soal-soal pribadi, yang suka membantu dalam pelajaraan. Yang kurang disukai ialah guru yang sering mencela, marah menggunakn sindiran,  dll. Bila guru mencela dan mencap anak sebagai murid yg bodoh, ia akan percaya bhwa ia bodoh. Konsep tentang dirinya selanjutnya akan mempengaruhi prestasi belajarnya.
C.             Hubungan antara hasil belajar murid dengan kelakuan guru
Untuk menilai efektivitas guru dalam mengajar dapat diminta pendapat pemilik sekolah, kepala sekolah, dan juga murid. Walaupun banyak aspek peranan guru dan murid yang tidak seimbang, konseptualisasi interaksi antara  guru dan murid berasumsi bahwa murid dan guru saling mempengaruhi antara yang satu dengan yang lain. Aspek-aspek interaksi antara guru dan murid yang tampaknya mempengaruhi sikap dan penampilan akademis murid terutama dalam hasil belajar murid.
Dalam suatu pelitian ternyata pertambahan pengetahuan murid dalam pelajaran rendah korelasinya dengan taraf disukainya guru oleh murid tersebut. Jadi guru yang di sukai, yang ramah, dll ternyata bukan guru yang efektif dalam menyampaikan ilmu. Walaupun penelitian belum dapat di percaya sepenuhnya, namun dapat memberi petunjuk bahwa guru yang baik tidak sebaik guru yang otoriter dalam menambah ilmu pengetahuan murid dan menyelesaikan bahan yang di tentukan kurikulum.[9]
Murid cenderung terlalu santai dan tidak semuanya harus dari diri murid sendiri, terkadang dalam beberapa segi murid perlu dipaksa dan di sikapi dengan tegas. Karena sifat murid cenderung malas-malasan dan belum mengetahui pentingnya belajar, mereka cenderung suka bermain dan bersenang-senang. Guru yang ramah, tidak ingin memaksa. Guru tersebut lebih ingin murid belajar berdasarkan keinginan sendiri, tapi guru yang otoriter cenderung memaksa sehingga mau tidak mau murid akan belajar.

BAB III
SIMPULAN
Peranan guru terhadap murid-muridnya merupakan peran vital dari sekian banyak peran yang harus ia jalani. Seorang guru harus bisa menempatkan dirinya sebagai seorang yang mempunyai kewibawaan dan otoritas tinggi, guru harus bisa menguasai kelas dan bisa mengontrol anak didiknya. Hal ini sangat perlu guna menunjang keberhasilan dari tugas guru yang bersangkutan yakni belajar dan mengajar.
Tiap guru mempunyai hubungan yang berbeda menurut pribadi dan situasi yang dihadapi. Untuk mempelajarinya dapat berpegang pada tipe-tipe guru, misalnya guru yang otoriter yang menjaga jarak dengan murid dan guru yang ramah, yang dekat dan akrab dengan muridnya. Tipe guru yang dominatif menguasai murid, menentukan, mengatur kelakuan murid dan menginginkan murid seperti yang guru inginkan. Sebaliknya guru yang integratif membolehkan ank untuk menentukan sendri apa yang disarankan oleh guru.
Murid memiliki reaksi yang berbeda terhadap guru. reaksi tersebut tergantung kepada cara guru memperlakukannya. Pengetahuan murid dalam pelajaran rendah korelasinya dengan taraf disukainya guru oleh murid tersebut. Jadi guru yang di sukai, yang ramah, dll ternyata bukan guru yang efektif dalam menyampaikan ilmu.
DAFTAR PUSTAKA
Dr. Ravik Karsidi, Sosiologi Pendidikan, (Surakarta : UNS Press, 2008)
Muhammad Riifa’i, Sosiologi Pendidikan, (Yogyakarta : Ar-Ruzz Media, 2011)
Prof.Dr.S. Nasution, Sosiologi Pendidikan, (Jakarta : Bumi Aksara, 2004)
Prof.Dr.S. Nasution, Sosiologi Pendidikan, (Bandung : Jemmars, 1983)
Sanapiah Faisal,  Sosiologi Pendidikan, (Surabaya : Usaha Nasional, 2010)


[1] Dr. Ravik Karsidi, Sosiologi Pendidikan, (Surakarta : UNS Press, 2008)h.63
[2] Ibid, h.81
[3] Muhammad Riifa’i, Sosiologi Pendidikan, (Yogyakarta : Ar-Ruzz Media, 2011)h. 103
[4] Prof.Dr.S. Nasution, Sosiologi Pendidikan, (Jakarta : Bumi Aksara, 2004)h.115
[5] Prof.Dr.S. Nasution, Sosiologi Pendidikan, (Bandung : Jemmars, 1983)h. 130
[6] Ibid, h.132
[7] ibid
[8] Sanapiah Faisal,  Sosiologi Pendidikan, (Surabaya : Usaha Nasional, 2010),h. 170
[9] Prof.Dr.S. Nasution, opcit, h.118

No comments: