Saturday, September 5, 2015

Akhirnya Semua Karenamu Oppa #HA

#24 Juli 2015

Tepat di hari Jumat, tidak seperti biasanya mama yang selalu ingin menunda kepergianku kesana kini berbalik arah menyuruhku cepat-cepat ke Pekanbaru. Padahal rencana awal keberangkatan ku ke Pekanbaru adalah bulan agustus. Tapi kali ini karena ada kakak sepupu yg mesti mengantarkan anaknya ke Pekanbaru utk sekolah, aku pun disuruh nebeng dengan kakak sepupu.
Kepergian mendadak kali ini benar-benar membuatku tanpa planning sama sekali.
Di satu sisi aku senang akhirnya dapat bertemu dg teman-temanku di Pekanbaru, dan mungkin bakal jadi pertemuan terakhir sebelum aku pergi melanjutkan studi ke Jakarta. Karena ku tau tidak ada alasan lagi untuk kembali ke Pekanbaru terutama setelah kepindahan keluargaku ke Jambi. *selalu berdoa agar kluarga pindah lagi ke Pekanbaru, semoga rumah gak laku ya* #aamiin..
Tapi ternyata kesedihanku lebih besar daripada kbahagiaanku, tanpa sadar air mata mengalir membasahi pipi saat perjalanan menuju Pekanbaru. Terkenang olehku abang yang selalu menjadi salah satu penyemangat hidup kini telah tiada. Walaupun kita tak selalu bersama tapi mengetahui bang dalam keadaan baik-baik aja sudah cukup bagiku. Semuanya kini telah menghilang. Penyemangat dan penantian itu kini tiada lagi. Namun harapan ingin berkunjung ke tempat peristirahatan terakhirmu jadi alasanku untuk bertahan. Sehingga ku coba untuk menguatkan segala hati, pikiran terutama badan.
Kepergian kali ini adalah kepergian perdana dengan air mata yg mengalir.

#28 Juli 2015

Hari ini tepat 21 hari setelah kematian abang. Yaappp... aku selalu ingat ingat dan ingat. Waktu terasa begitu lama setelah kepergianmu bang. Setelah kepergianmu, ntah bagaimana awal nya aku pun tak menyadari. Yang jelas perkenalan itu mungkin salah satu takdir tuhan. Tuhan menggantikanmu dengan wujud teman2 dekatmu yang selalu bersamaku.. salah satunya bg panglima *nama samaran*
Hahaa...
Perkenalan yg bermula dengan kabar kepergian abang, membuat kami saling mengenal. Hanya sekedar chat dan telponan bukan masalah besar bagi kami. Mungkin pertemuan dan jarak hanyalah masalah waktu. Kami pun saling bertukar pikiran, berbagi informasi, berbagi cerita dan kadang berbagi tawa. Mungkin abang pernah menceritakan sosok teman kecil abang satu ini. Tapi abang tau sendiri kan adek abang satu ini selalu pelupa. *cerita ini adalah salah satu caraku mengingat sekaligus menjadi saksi bisu perjalanan hidup*
Dan tepat di hari selasa ini, kepergian abg yang ke 21 hari, kami pun bertemu. Hari dan tanggal ini bukanlah kesengajaan kami. Justru aku menyadari setelah pertemuan singkat kami terjadi. Ntah bagaimana semuanya menjadi tepat waktu. Mungkin ini salah satu cara Tuhan mengingatkanku denganmu bang.
Yaahhh... pertemuan itu tak cukup singkat untuk dua orang yang baru bertemu. Walaupun kami baru bertemu, kami seakan seperti orang yang sudah berkali2 bertemu. Disitu kami cerita, tertawa, makan dll. Termasuk menceritakanmu bg *maaf*
Dia melihatkan sma chat bbm yang bang kirim sebelum kepergian abang. *rindu kembali menyapa ketika ku sadari aplikasi chat menjadi kendala kita berkomunikasi*
Meskipun bang telah tiada, abang seolah membuka jalan ku untuk kembali menemukan kebahagiaan. Menghadirkan orang2 terdekat mu dalam hidupku. Aku tahu tuhan punya rencana indah oleh sebab itu tak pernah kutanyakan "kenapa harus begini ataupun begitu??"
Dia orang yang baik, dewasa, dan so far semuanya masih berjalan dg semestinya. Semoga pertemuan selanjutnya kembali terjadi di waktu indah dan tepat. Dan semoga awal pertemanan yg baik berakhir dg baik *seperti kita bg*

#30 Juli 2015

Hari ini tepat 23 hari setelah kepergianmu.
Hari ini aku bertemu Riski. Yaaappp.. Pertemuan ini sengaja ku atur karena ku tau tidak akan ada waktu jika menunggu kesengajaan terutama dg kesibukan kami yg padat.
Riski sahabat kecil kita yg selalu tahu semua tentang kita dan semua yg terjadi denganmu bang. Didepannya abang akan menceritakan semua yang terjadi dalam hidup abang. Karena ku tahu tidak semua hal bisa diceritakan kepada pacar dan keluarga. Dan ketika tidak ada orang lain tempat mengadu, sahabat adalah satu2nya solusi tepat untuk sekedar mencurahkan isi hati. Meskipun ku tau Allah selalu menjadi tempat pertama abang untuk mengadu.
Hari ini kami bertemu di sebuah tempat makan. Di resto itu kami makan siang bersama dan berbagi cerita. Seakan menjadi pengganti pertemuan yang sudah terkikis oleh waktu. Riski melihatkan video di hari kepergianmu, saat melihat video itu aku seperti biasa tanpa raut sedih. Dan ku sadari tidak ada satupun foto kepergianmu di hp nya. Ia sedih jika harus melihat foto mu bg. Aku tau dan sangat tahu rasanya jadi dia. Tapi didepannya aku berusaha kuat. *padahal udah pingin mewek*
Ia menceritakan semua yang terjadi padamu. Terutama setelah bulan oktober tahun lalu, menceritakan kepergianmu ke pakning *padahal abg udah ngajak aku,tapi karna alasan komunikasi semuanya batal*, serta menceritakan abg satu tahun terakhir ini. Semua aku tau, bahkan awal perkenalanmu dg perempuan itu, alasanmu berbuat seperti itu, dan bagaimana semuanya bisa terjadi.
Yahhh..  aku tau, aku paham, aku mengerti dan aku ikhlas.
Maaf sudah berpikir yg tidak2 dg mu bg, aku pun tahu bahwa saat ku wisuda abg mau hadir dan aku tau kenapa abg memutuskan ketidakhadiran abg. *maaf abg*
Dan aku minta maaf Kali ini aku mendengar hal2 yg mungkin tidak harus aku tau dan aku dengar. Ini akan jadi rahasia kita berempat bg. Allah, abg, riski dan aku. Maaf aku menjadi saksi akan hari2 mu dulu. Maaf aku menjadi saksi masa lalu mu dulu. Maaf aku mengetahui semuanya yang kau tutupi dr semua orang *maaf aku selalu tau dan tau meskipun abang sudah berusaha menutupinya didepanku*
Aku selalu berdoa yang terbaik utk abang.
Aku pun tak tau kenapa riski menceritakannya padaku. Dan mungkin ia pikir aku orang yg harus tau. Kalau abg skrg masih ada, abg pasti marahin riski. Tapi ntar f3a bela riski lho bg..

Pulang dari pertemuan itu, riski mengantarku pulang ke rumah. Dan lagi2 Tuhan punya rencana lain. Sudah lama aku niat utk main kerumah abg. Walaupun ku sadar sejak awal kedatanganku, rumah hijau itu selalu ku hindari. Bahkan utk sekedar lewat didepan rumahmu aku tak sanggup. Sehingga aku berbalik arah agar tak melewati rumahmu bg.
Kali ini pertemuan tak disengaja terjadi lagi. Ku lihat Kak opi bersama motornya berada di depan pagar mau pergi menjemput baju jahitan.
Karena sudah berjumpa kak opi, aku menyalaminya *seperti biasa*
Ia menawarkanku masuk ke rumah, dan  tidak hanya bertemu kak opi, aku bertemu dg tante. Akhirnya kak opi pergi sebentar utk menjemput jahitan. Sembari menunggu kak opi, Tante menemaniku dan banyak bercerita tentang mu bg. Tak lupa aku meminta maaf karena baru sempat datang ke rumah setelah kepergianmu. Banyak sekali yang diceritakan oleh tante. Termasuk bagaimana reaksi tsara di pagi hari kematian abg. Ku lihat tante bercerita dg mata berkaca2. Aku hanya bisa mencoba menghibur semampuku. Padahal abg selalu tau aku tak bisa menghibur orang sedih. Sama seperti kemarin2, mungkin tak terlihat kesedihan di raut mukaku. Aku pun tak tau.
Semua tante ceritakan padaku, aku hanya mendengarkan dg seksama. Cerita tante membuatku tak ketinggalan akan kisah2mu. Tante menceritakan apa yang dulu terjadi, sekarang dan rencana yg akan dilakukan. Sehingga aku tau perkembangan yg terjadi. Mengikuti perjalanan kisah keluarga ini membuatku selalu merasa nyaman. Tak lupa pula tante yg mengetahui bahwa aku akan lanjut S2 ke jakarta mengingatkanku agar jgn pernah lupa dg yg di Pekanbaru. Dan klu aku ke Pekanbaru harus sempatkan waktu utk singgah kerumah hijau ini *bagaimana bisa aku menolak keluarga yg begitu hangat ini* Aku pun mengutarakan keinginanku kepada tante. Dan tante memberitahuku dan mengajakku untuk pergi acara tahlilan di kampung serta di rumah PKU. Saat dirumah bg, seperti biasa diki selalu ada dan selalu mengenaliku. Tak pernah malu utk bertemu dg ku.
Tak lama kak opi pulang, masih sgt jelas terlihat olehku kesedihan kak opi yang mendalam. Sehingga aku tak terlalu banyak bertanya mengenai abg dan tante pun sudah menceritakan semuanya. Aku berusaha mencari topik lain agar kak opi tidak turut dg kesedihannya. Karena ku tahu, kak opi sangat kehilangan abg. Tak lupa aku mengutarakan keinginanku utk ziarah ke makam abg dan aku meminta izin utk mengambil kembali baju yg ku beri utk abg. Kak opi memberi saran agar aku datang saat acara 40 hari abg di sungai rawa. Aku belum mengiyakan karena masih byk yg harus direncanakan. Tak mungkin rasanya jika aku harus pergi sendiri. Oleh sebab itu, waktu teman2 menjadi hal yg sangat berarti buatku.
Ntah bagaimana keluarga bg selalu memberiku kenyamanan setelah lama aku tak pernah berkunjung.
Padahal ini pertama kalinya aku kembali berkunjung setelah kecelakaan dan setelah kesibukanku berakhir. Mereka selalu memperlakukan ku sama dari dulu sampai sekarang.
Padahal jujur saja aku canggung mesti bersikap gimana, status kita selama ini membuatku serba salah. Tapi keluarga bg seperti tidak ada beban, tetap saja memperlakukanku sama seperti adanya abg. Sama seperti disaat kita masih sering bersama, sama seperti kita belum sibuk dg kehidupan masing2.
Yaaaahhh... mereka selalu membuatku nyaman dan tak pernah berbeda.
Terimakasih sudah memberikan ku kesempatan utk mengenal keluarga bg dan memberikanku tempat dikeluarga itu.
Cukup lama bercerita dg kak opi, aku pun pamit karena waktu menjadi pengakhir perjumpaan kami. Kak opi mesti ke tempat kerja. *percakapan tak terduga ku dg riski berujung dg pertemuan tak terduga dg keluarga kedua*

#16 Agustus 2015

Hari ini tepat 40 hari kepergianmu bg. Hari ini tahlilan di kampung abg.
Alhamdulillah dg segala perjuangan akhirnya kesampaian juga berkunjung ke tempat abg walaupun ku akui banyak sekali cobaan utk ke tempat bg.
Meski aku sudah merencanakannya jauh2 hari, ntah kenapa Tuhan berkendak lain. Tiba2 kawan2 yg mau ikut gak bisa karena emang ada kesibukan.
Riski acara penentuan hari abgnya nikah *abg udh tau jga kan tanggalnya*, imam ada acra aqiqah anak kakaknya, dila sibuk mau profesi, dan beberapa teman perempuan lain ada acara serta baru selesai ujian skripsi sehingga mereka harus perbaikan.
Awalnya aku ingin menyerah karena tak ada yang bisa dan pasti, saat itu hanya aku dan yani yang pasti. Nyali ku semakin ciut. Terutama setelah aku mendengar kabar dari aal bahwa anak b.ing rame bgt yg pergi. Jadi makin gak pede dan gak tau mesti gimana. Aku tau semua informasi itu dari aal.
Ntah kenapa sebulan sebelum abg meninggal, kami malah makin sering chat dan sampai tukaran nomor. Malam sblm keberangkatan aal menelpon ku dan menceritakan rencana kepergian mereka. *Aal adalah teman sejurusan b.ing yg dikenalkan abg saat kami masih sering sama2, mgkin cuma ia anak b.ing yg tau status kami. Selebihnya hanya tau kalau kami abg sama adek sepupu atau adek kandung. Walaupun aq dan aal udh banyak cerita, tapi kami tak pernah bertemu.*
Disaat nyali aku semakin ciut, untung ada yani *dia lah enyak ku yang selalu menguatkan aku dan berjanji menemaniku utk ziarah*
Yani selalu berusaha membuatku berpikiran positif, memberikan ide2 nya, dan untungnya ada riska
*ini kwand SMA ku juga, dia lah yg membawa mobil dari awal perjalanan sampai akhir. Sempat aku meragukan riska, bukan ragu karena dy kenapa2. Tapi ku akui kami tidak dekat, dan semasa SMA pernah terjadi kesalahpahaman #flashback sehingga aku agak canggung sama dia. Takut dia gak mau ikut klu gak byk org, takut dia pilih2 kwan, takut dia banyak alasan dll. Segudang fikiran negatif lainnya mulai mengganggu ku.* Maafkan teman mu ini yg sempat meragukanmu riska :D sungguh aku tak bermaksud, hanya saja aku segan..
Tak lupa aku mengajak bambang *dia kwand SMA ku juga, tapi anak ini agak gaje gitu. Hahaa.. banyak bgt pertanyaannya pas mau pergi. Sehingga membuatku semakin takut klu ia membatalkan. Terutama karena dia trauma kerumah aku pasca kecelakaan yg menimpanya. Padahal perjalanan kali ini titik temunya adalah dirumahku.*
Aku juga mengajak teman kampusku Heri *dia kenal bg dayat, sempat bertemu dan sempat bercerita bersama, sehingga tak ada salahnya kalau aku mengajak dia. Karena ia turut bersedih atas kepergian abg. Kalau anak ini tak perlu diragukan karena aku ngajaknya pake pemaksaan* hahaha..
Dan ada tambahan dadakan, teman baru sekaligus sepupu mori. Di hari kepergian itu pula ia baru mau ikut *kan tuh anak mulai galau*
Jadinya pas ber6 kami pergi. Gak terlalu sempit dan sangat pas. Hanya saja aku berpikir perjalanan tak menyenangkan, karena orang-orangnya gak ada yg heboh. Apalagi aku menggabungkan anak UIN dg kawan SMA. Tapi ternyata semua diluar dugaan ku.

Pagi itu seperti biasa aku mulai mengingatkan kawan2 yg ingin pergi, titik kumpul berada di rumahku, jam keberangkatan setelah zuhur tepat jam 13.00 agar tidak terlalu lama berada di sungai rawa sehingga tidak terlalu lama merepotkan keluarga abang dan masih sempat untuk ziarah. Sebelum zuhur aku menjemput yani ke rumah, dan ternyata teman2 aku hampir semua tepat waktu *tumben bgt semuanya jam barat*
Pertama kali tiba adalah bambang dan arif, parahnya lagi ternyata mereka belum makan siang. Padahal aku sengaja gak masak karena mau pergi. Untungnya masih ada lauk kemarin. Aku pun memberitahu pada mereka yg sebenarnya, mereka pun tak mempermasalahkan. Tak lama setelah mereka makan, riska menelpon ku, ternyata dia lupa rumahku dan sempat nyasar ke komplek lain. Akhirnya dia minta jemput dan menunggu di depan rumah bg dayat. Untungnya dia gak marah karena kesasar dan dibuat menunggu. Padahal aku udah takut. Pas menjemput riska, eyi pun datang. Sekarang semua anggota sudah pas.
Tepat setengah 2 kami berangkat dari rumah. Tak lupa membawa bekal makanan yang kupersiapkan *tau sendiri kan aku gak bisa tanpa bekal makanan*
Perjalanan terasa sangat2 mengasyikkan, meskipun diperjalanan sempat turun hujan lebat dan sempat terjadi hal yg mengkhawatirkan karena amper bensinnya ternyata udh gak fungsi dan disepanjang jalan tidak ada pombensin.
Awalnya kami dipenuhi kecemasan walaupun para cowok2 sempat2nya menjadikan bahan lelucon. Aku dan yani udah ketakutan. Mereka malah ketawa2. Kan tak patut tu.
Ternyata sungai rawa itu lumayan jauh, aku pikir dekat bgt. Beginilah jalan yg ditempuh bang setiap pulkam. Sepi dan tak ada pemandangan. Hanya pepohonan dan pipa2 disepanjang jalan. Tak ada rumah makan, kampung penduduk pun sangat minim.  Terlintas olehku cara abg mengendarai motor. Dan aku selalu tahu klu bg suka ngebut. Diperjalanan menuju kampung, sempat aku tak banyak bersuara membayangkan semua yg terjadi. Tapi teman2 selalu punya cara membuatku tertawa agar aku tak larut dalam kesedihan. Yaaapppp... mereka selalu mengerti aku dan selalu tau waktu yg tepat utk tertawa dan bersedih.
4 jam perjalanan yg kami tempuh utk menuju kampung bg, tak lupa aku selalu menanyakan keberadaan aal dan kawan2. Karena ku tau mereka berangkat nya lebih lambat dari kami. Tapi aal itu lhoo, disaat teman2 sibuk bertanya tentang aku yg menanyakan keberadaan mereka, aal malah menjawab dg terang2an soal status aku. *tuh anak terlalu jujur atau gimana ya??pdahal udh kuperjelas keadaan yg terjadi sebenarnya dg dia. Tapi ttp aja aal gak mau tau. Dasar!!!*

Tepat jam setengah 6 kami sampai di rumah abg, kami disambut dan dipersilahkan masuk oleh keluarga abg. Segera ku salami ayah, ibu, ipan dan kak opi. Keluarga hangat ini menyambut kami dg sangat baik. 

Satu hal yang membuatku heran dan sampai tak bisa ngomong apa2. Meskipun aku mengetahui kalau abg selalu menceritakan aku dengan keluarganya termasuk orang tua nya, tapi aku tak pernah menyangka kalau ibu langsung mengenaliku dan memanggil namaku. "Eeehhh.. ada indah. Diki!! Kak indah datang nih,"kata ibu sambil memanggil Diki sepupu kecil abg. *aku kaget mendengar ibu langsung mengenali aku, memanggil nama unik yg selalu jadi bahan lelucon kita. Bermula dari Diki yg gak hapal nama "fitria" sampai akhirnya memanggilku dg sebutan indah. Yappp... keluarga ini memang lebih sering memanggil ku indah. Panggilan itu selalu membuatku tersenyum kecil*. Padahal hari ini pertemuan pertama aku dan beliau secara langsung, biasanya hanya sekedar menegur sambil lewat didepan rumah. Tak cukup waktu utk sekedar bercerita dan bertatap muka lebih lama. Tapi hari ini semuanya terjadi. Terbayang olehku abg yg selalu berusaha mengajakku utk pergi ke kampungnya, namun aku selalu tak mau *pamali kan klu cewek ke tempat cowok terutama saat memiliki hubungan yang dekat* dan kini kusadari kini aku pergi ke kampung abg setelah abg tiada.

Tak lama Riska pun mengingatkan tujuan kami jauh2 ke kampung skalian utk ziarah, padahal persiapan bunga pun kami tidak ada. *Soalnya kepergian yg meragukan itu membuatku hampir putus asa*. Kak opi segera sibuk mencari tikar dan membawakan yasin. Tapi kata riska tidak perlu repot2. Kami menuju pemakaman menggunakan mobil. Tak cukup jauh perjalanan utk sampai di pemakaman. Dari luar pagar sudah terlihat makam abg yg dipayungi coklat tanpa batu nisan dan dilindungi oleh pepohonan yg rindang. Betapa bagusnya letak makammu bg. Dingin dan teduh jikalau orang mau ziarah disiang hari. Sesampainya di dekat makam, ku pandangi tanah kubur yg mulai mengering. Kami segera mencari tempat duduk masing2 utk bisa membacakan yasin bersama. Yasin dipimpin oleh riska. Aku duduk berseberangan dg ipan, terlihat jelas olehku kesedihan ipan yg mendalam saat membacakan yasin. Kesedihan belum tampak di wajahku, sambil membaca yasin banyak sekali yg terlintas dalam pikiranku. Wajahku hanya menatap makam abg yg kini tepat didepanku. Tempat yg selalu ingin kukunjungi semenjak mendengar kepergian abg. Setelah selesai membacakan yasin dan doa, kawan2 mulai beranjak dr tempat masing2. Eyi dan arif bertanya tentang kronologi kecelakaan dg ipan tak jauh dr makam abg, sedangkan riska dan bambang menghampiri kuburan abg, mereka memegang kuburan abg. Aku hanya berdiri terpaku tak jauh dari makam abg. Sampai akhirnya riska berkata,"fit..sinilah!! Peganglah makamnya!!" Aku hanya menggelengkan kepala dg posisi masih berdiri di tempat yg sama. "Mau langsung pulang??" Tanya nya lagi padaku. Aku hanya mengangguk. Tapi akhirnya ia jongkok di samping makam sambil berkata,"Oji.. ini fitria.. dia udah datang".
Mendengar kata2 riska tanpa sadar aku melangkahkan kaki mendekati makam abg. Aku berdiri terpaku disamping makamnya. Jauh melihat kedalam sampai akhirnya aku terduduk di depan makamnya. Dan kini aku sadar orang yg selalu bisa ku andalkan, selalu mengerti aku, selalu jadi penguatku, selalu jadi salah satu alasan penyemangat hidupku kini telah terbaring dibawah tanah kubur ini. Tanpa pernah bisa ku sentuh dan kulihat lagi. Namanya hanya sekedar tulisan yg terukir indah, kenangannya hanya menjadi bayang2 yg ntah sampai kapan bisa ku ingat. Karena ku tahu memori ini semakin menghilang seiring dg bertambahnya usia. Ntah sampai kapan ia berada dalam ingatan dan hatiku. Ku pegang tanah kuburan yang sedikit mengering namun tetap basah sambil berkata,"abg... ini fitria.. fitria datang abg :( fitria ada disini. Maaf baru datang sekarang. Tak lama lagi f3a mau ke jakarta lanjut S2". Tangisku terisak didepan makamnya, akhirnya semua yg ku tahan selama ini tumpah begitu saja. Tak sanggup untuk menahannya lebih lama. Ternyata adik abg yg satu ini tak cukup kuat jika langsung berhadapan dg makam abg. Air mata yg selama ini ku tahan, mengalir dengan derasnya seakan mengerti kalau ini waktu yg tepat utk menumpahkan segalanya. Lama aku terisak dalam tangisku, sampai akhirnya aku sadar klu aku sedang berada di depan makamnya. Alangkah sedihnya ia jika melihat adiknya yg selalu berusaha kuat kini menangis karenanya. Ku coba menahan segalanya. Ku tarik nafas dalam2 untuk meredakan tangisku. Yani duduk disampingku berusaha menenangkan aku dan berkata,"menangislah sampai benar2 lega. Jangan ditahan2. Biar hati teteh terasa tenang". Cukup lama aku meredakan tangisku sampai akhirnya aku meyakinkan diriku bahwa aku kuat dan berkata,"udah... ayok kita pergi". Kawan2 yg melihat aku berdiri bergegas berjalan mengikuti kepergianku. Meski langkah kakiku berjalan keluar pemakaman, tapi mataku selalu menatap kuburan abg yg perlahan mulai ku tinggalkan. Sampai akhirnya aku melambaikan tanganku pada kuburnya *abg sudah lihat adek abg satu ini kan??aku hadir..  aku datang... dan aku ada meskipun hadirku tak pernah abg tau*
Mobil perlahan menjauh meninggalkan pemakaman, tak sedetikpun pandangan kuburan abg lepas dari penglihatanku sampai akhirnya tak terlihat lagi. Diperjalanan pulang, teman2 ku tak banyak bicara. Mereka seakan memberikan waktu untuk ku bersedih dan mengenang semuanya *mereka memang selalu tau waktu yang tepat*.
Sesampainya dirumah, sembari menunggu azan, ibu dan kak opi menemani kami sambil cerita2 tentang abg dan keluarga. Kak opi segera menyuguhkan air beserta kue dan menyuruh kami utk memakannya. Awalnya teman2 tak ada yg mau *mereka mungkin pd sungkan, aku pun juga malu2, malah jadi pendiam bgt. Pendiam nya aku karena aku bingung mesti membawa diri seperti apa*
Sampai akhirnya kak opi bilang "Fitria.. orang rumah jgn pla malu2. Masa orang rumah malu2". Seketika aku sadar statusku dan tahu keluarga hangat ini menganggapku seperti apa. Aku tak mau ketinggalan cerita itu. Tak lupa kulihat sekeliling rumah yang dipenuhi foto2 abg. Wajah kecilmu tak pernah berubah sampai dewasa bg. Tapi lebih lucu abang yg kecil daripada besarnya ya. Foto2 yg banyak kenangan dan penuh dengan kehangatan cinta orang2 terkasih. Ku lihat sekeliling rumah, rumah yang selama ini abg ceritakan dan hanya bisa ku gambarkan dalam imajinasi kini telah ku masuki. Ku sentuh, ku jalani dan kududuki. Tidak ada satupun yang abg tutupi dariku. Keadaan rumah abg, keadaan kampung abg, dan kehidupan keluarga ini. Semua perkataan abg kembali terlintas dalam benakku. Kini semuanya tampak nyata di depan mataku. Abang benar.. abang selalu jujur sama aku.. seketika teringat kata2 abg yg khas logat melayunya sedikit,"kampung kami tak ada listrik do, jalan buruk, mesin cuci tak ada, rumah papan nyo, air pun payah. Haaaa... klu f3a dtg ke rumah, mau nyuci atau ngapain mesti nimba air sendiri". Disusul dengan gelak tawanya. *kalau abg ngomong sama aku,tak pernah pake bahasa melayu. Bahasa indonesia bgt,meskipun logat melayunya masih sangat khas, kecuali klu aku yg memulai bahasa melayu, baru dia mau cakap macam tu juga.*

Tak lama tante keluar dari kamar, senyum tante terlihat dari wajahnya saat melihat kami,"eeehhh... tetangga datang juga." Diki pun menyempatkan diri menyalami ku padahal dia lagi sibuk bermain bersama sepupunya. Ia tersenyum melihat kedatanganku. "Ada kak indah rupanya,"ujar diki yang polos.
Seusai shalat maghrib, aku mulai membantu meletakkan minuman utk para tamu yg akan tahlilan. Tak butuh waktu lama untuk menunggu penduduk datang ke rumah. Tahlilan pun segera dimulai dan dipimpin dengan ipan. Yaappp... ipan selalu bisa diandalkan setelah kepergian abg. Beruntungnya ibu dan bapak yang memiliki anak seperti kalian. Semoga pahala tiada putus mengalir buat kedua orang tua yang memiliki anak shaleh dan shalehah #aamiin.
Saat pertengahan tahlilan, rombongan anak b.ing datang. Mereka segera disambut ipan yang telah selesai memimpin yasin. Rombongan anak b.ing masuk ke rumah melewati pintu samping karena didepan sudah padat penduduk. Setelah tahlilan selesai, lanjut dengan makan2. Rupanya dikampung ini cara makanya adalah satu nampan dihadapkan untuk beberapa orang. Dan yang mengangkat nampan adalah para lelaki. Setelah acara makan2 usai dan para tamu sudah pada pulang, kami bergegas membantu mengumpulkan lauk dan piring kotor. Bapak dan tetua kampung hanya melihat kami yang tengah sibuk mondar mandir mengantarkan piring kotor dan lauk. Bapak berkata,"Nak... bapak gak melarang juga tidak menyuruh ya". Diikuti gelak tawa tetua kampung. Aku berjalan menuju dapur sambil membawa makanan, ku lihat anak b.ing sedang makan bersama. Setelah selesai beres2, rombongan anak b.ing datang menghampiri kami di ruang tengah, aku yang melihat kedatangan mereka pertama kali langsung menyambut kedatangan mereka sembari mengulurkan tangan utk saling berkenalan. Baru saja kusentuh tangan orang pertama. "Fitria,"kataku pada gadis yang ku salami. "Sama,"ujar nya singkat. Teman2 pun tertawa serempak. Aku malu karena tak menyangka bahwa orang yg pertama kali ku salami mempunyai nama yang sama denganku. Padahal aku sudah mengetahui dari aal klu ada temannya yg ikut bernama sama denganku. Tapi tak ku sangka dia menjadi orang yg pertama. Apa salahnya kan jdi orang yang terakhir.
Kami pun duduk melingkar bersama2, malam ini pertama kalinya aku melihat aal secara langsung *teman yang selama ini selalu diceritakan abg dan hanya bisa berkenalan lewat sosmed dan via hp*. Keluarga abg menghampiri kami dan duduk bersama dengan kami. Aku duduk didekat ibu dan kak opi, sedangkan disampingku ada oom. Tak butuh lama utk membuat diki menghampiriku. Ia mendekatiku, menyandarkan badannya padaku. Diki yang dulu tetap sama seperti dulu. Tetap manja kepadaku ketika bertemu. Diki pun bercerita banyak tentang dia disekolah sambil berbisik2. Aku mendengarkan dg penuh antusias sambil tertawa sekali2. Sehingga membuat teman2 yang lain heran melihat kedekatanku dengan diki. Termasuk keluarga bg dayat. Diki bernyanyi dg penuh semangat di telingaku tanpa sadar suara nya terlalu keras dan keluarga bg dayat tertawa melihat kelakuan diki. Cukup lama untuk sekedar bercerita dg keluarga bg dayat sampai tak sadar waktu menunjukkan pukul 09.00 malam.
Riska dengan sigap pamit kepada keluarga bg dayat, disusul dengan anak b.ing yang juga ingin segera pulang karena takut kemalaman. Kami pun bersalam2an, aku mengutarakan permintaan maafku kepada ibu karena baru sempat ke kampung. Ibu memegang tanganku dg penuh kehangatan, mengucapkan terimakasih kepada kami yang sempat datang. Tak lupa aku salami tante dan oom. Begitu aku menyalami tante, tante melarangku pulang. "Udah... fitria tidur disini aja malam ini yaa!! Biar aja kawan nya pulang, besok aja pulang sama tante," sambil memegang tanganku. Disusul dg kak opi yg mengatakan,"kalau mau balek pagi juga. Ada travel yg bisa kesana, travelnya kayak mobil pribadi juga. Teman2 yang lain memandangku heran. Ada rasa tak enak ketika tante dan kak opi menyebutnya di depan ank b.ing. aku takut mereka berpikir yang tidak2. Hampir saja aku terbujuk oleh rayuan tante. Untungnya aku masih ingat kalau ada yani yg ikut denganku, kalau hanya aku mungkin aku tidak akan menolak. Bagaimana mungkin aku meninggalkan enyakku menjadi cewek satu2nya dalam perjalanan pulang. Aku pun menolak secara halus bujukan keluarga bg dayat.
Keluarga bg dayat mengantarkan kami ke depan pintu, begitu hendak permisi menuju mobil, tante memegang pundakku dan berkata,"fitria jgn sampai gak datang ya pas acra di Pekanbaru, masa acra dekat rumah tidak datang sedangkan yg jauh ke sungai rawa datang. Klu tak datang nanti tak diterima lagi di sidomulyo tu. Bantu koordinir kawan2 yg mau kesini kalau mereka tau tau rumahnya. Pokoknya masalah kawan2 sama fitria yee" Tante berbicara sambil tersenyum padaku dan hanya ku balas dengan sedikit anggukan dan senyum. Begitu ramai gelak tawa yang tercipta pada saat kepulangan kami. Dan aku menyadari beberapa kawan b.ing melihatku dengan segudang tanda tanya. Dan otomatis aal adalah menjadi sasaran pertanyaan2 itu.
Setelah keesokan harinya, aku bertanya mengenai kepulangan mereka dan reaksi teman2, ternyata mereka sampai jam 2 malam. Sedangkan untuk masalah perkenalan aku dan fitria, mereka tertawa bersama2. Kejadian malam tu juga jadi sasaran pertanyaan utk aal. Dan untungnya aal bisa mengatasi dengan baik. Meskipun aku sempat diledek aal,"haaaa... tunggu apa lagi tu, udah jadi orang rumah betul nampaknya sampai disuruh tidur dirumah." *hadeewwhhh... gak tau apa keadaannya tetangga dan karena memang sudah lama mengenal keluarga abg*.
Malam itu, aku merasa sangat2 senang dan berterimakasih karena Allah sudah mengabulkan niatku dan membuat semuanya lancar dan indah. Semoga ini bukan kunjungan terakhir ke kampung tercinta abang. Semoga akan ada kunjungan selanjutnya meski bukan dalam waktu dekat. #aamiin


#20 Agustus 2015

Hari ini acaran tahlilan abg dirumah hijau sekaligus hari terakhir di Pekanbaru. Pagi harinya aku mulai mengemasi barang2 untuk pulang ke Jambi. Rencana dan niat ku sejak awal, jam 10/11 mau bantu2 tante. Terserah bantu apa aja yg bisa ditolong. Tapi nasib berkata lain. Sejak kemarin malam badan kurang sehat. Akibat kecapean dan makan yang tidak teratur, terutama iklim yg tidak bersahabat. Karena badan ini tak sanggup kemana2, ku putuskan siang itu istirahat total agar malamnya tetap bisa hadir acra tahlilan. *badan sudah demam dan tenggorokan sedang sakit.*
Benar2 hal yg membuat keadaan semakin kacau. .
Tak lama utk menunggu malam tiba, selesai shalat maghrib aku bersiap2 pergi utk mengambil foto studio d kartama berteman dg listrik yg padam.
Walaupun gelap dan sepi, tetap ku kendarai motor ku menuju studio, setelah foto selesai. Aku bergegas menuju alfamart sekedar mencari minum dan mencari lampu yg hidup. *malas banget kan mati lampu dirumah sendirian, apalagi acra di rumah abg hbis isya*
Namun baru saja langkah kaki memasuki alfamart, aal menelpon ku. Ternyata ia sudah di prumnas dan ingin kerumah abg tapi tidak tau rumahnya. Aku yg mengenalinya langsung kenuju tempat ia menunggu, ia ada di depan apotik angel farma. Rupanya itu rumah kawannya, dan setibanya aku disana, ternyata bukan hanya aal dan rika. Tapi lebih banyak anak cewek b.ing..
Otomatis dlm sekejap mereka akan tau statusku, namun pikiran itu langsung ku tepis. Tak peduli apa yg orang katakan selama itu gak merugikan siapapun. Tak menunda waktu, aku segera mengajak aal dan rika. Tak lupa ku sempatkan diri utk menyapa cewek2 b.ing, sekedar bilang "duluan" bukan hal yg buruk kan.
Sesampainya di rumah abg, isya blm masuk. Kami segera masuk kedalam rumah, berharap ada yg bisa ku tolong. Namun baru saja hendak memasuki dapur, aku sudah di usir dg tante dan kak opi. "Udahhh... duduk aja lah dulu!! Jatahnya nanti aja pas pulang," ujar kak opi dan tante sembari tertawa. Aku dan rika pun duduk  bersama. Saling bercerita. Sedangkan aal ditemani ipan tak jauh dari kami. Tak butuh waktu lama utk akrab dg rika, sampai akhirnya kami tukaran pin bb, rupanya dia kenal dg dara,ivalgi dan beberapa temanku yang lain. Sehingga membuat kami smakin akrab. Tak heran kalau aal memandang kami yg sibuk ngerumpi seperti orang yg udah kenal bertahun2.
Sebelum orang ramai, kusempatkan diri utk cerita dengan diki. Tak lupa pula berfoto sbg kenang2an. Rupanya tempat ibu2 dan bapak2 dibuat terpisah. Ibu2 dirumah abg, sedangkan bapak2 dirumah tante. Tetangga dan keluarga mulai berdatangan dan tahlilan pun dimulai. Ku lihat kedatangan anggi dan keluarganya di rumah abg. Namun ia tak sadar akan kehadiranku, ku lihat ia yg masih terpukul dg kepergian abg. Saat tahlilan berlangsung, kwan2 cewek bbs pun datang dan duduk di depan ku. *yaaahhh..malam ini terakhir kali aku melihat mereka*
Ku pandangi ibu yg masih bersedih dg kepergian abg, wajah dan mata itu tak bisa berbohong meski air mata tak membasahi pipi. Yasinan sudah hampir selesai, kulihat mama anggi mendatangi ibu hendak berpamitan. Disusul dg anggi yg berpamitan dg ibu. Keluarga itu beranjak keluar. Mataku masih menatap mereka sampai akhirnya aku kembali fokus dg acra. Tak lama ana *tante kecilnya abg* memanggil ku keluar. *aku tak pernah memanggil nya etek/tante karena klu dari umur aku lebih tua darinya. Dan abg tidak pernah membolehkan aku memanggilnya tante. Karena kami memang blm dlm ikatan yg sah.. haha.. begitu alimnya abg yg selalu tau batasan yg pantas dan tidak pantas utk kami lakukan*.
Aku pun bergegas keluar. Ternyata anggi ingin bertemu dg ku. *akhirnya kami ketemu juga setelah hanya tau ia sekilas dan sempat chat beberapa kali dg nya. Meskipun abg tak mengenalkan aku secara langsung padanya, namun kali ini kami bertemu dan berkenalan langsung dg saksi keluarga abg dan rumah hijau itu. Sudah banyak yg menyuruhku utk berkenalan dg abg, termasuk bg Panglima dan aal. Dan sekarang semuanya terjadi, hanya saja kami tidak sempat mengabadikan pertemuan kami dg berselfie. Karena moment nya kurang tepat*. Ku lihat air mata membasahi pipinya. Ia menyalamiku dan memanggilku kakak. Cukup lama bercerita didepan rumah. Tak lupa ia mengenalkanku pada mamanya,"ma... ini mantan abg yg anggi ceritakan kemarin." Aku tersenyum sambil menyalami ibunya. Namun seketika aku berpikir, Apaaa?? Udah cerita tentang aku ke ibunya?? OMG!! Sebegitu pentingnya kah aku, batinku.
Aku memegang pundaknya, dan berkata,"udah... jgn ditangisi lagi. Tak ada gunanya menangisi ia yg telah tiada. Ia akan ikut sedih jika kita menangis karenanya." Aku coba menguatkannya. *yaaahhh...itu kata2 abg yg selalu terngiang olehku. Ia tak pernah ingin aku menangis karenanya. Oleh sebab itu aku harus kuat. Karena abg tau adiknya bukan org yg lemah*. Ia mengusap air matanya sambil berkata,"anggi ni kalau lihat orang nangis, gak bisa kak. Pasti jadi ikutan nangis." *yaaapppp...kini kusadari sosok gadis kecil didepanku sangat rapuh, jauh berbeda dg ku. Pantas saja abg memperlakukannya seperti itu. Aku bertambah paham dg situasi yg sebenarnya terjadi. Jelas saja abg lebih memilih tak ingin menyakitinya yg lebih dulu mencintai abg karena abang tau aku pasti kuat tanpa abg. Berbeda dg sosok gadis kecil didepanku. Kepribadian dia jauh sangat berbeda dg sosokku yg cukup tegar. Walaupun saat pertama chat ia mengatakan abang selalu kalah jika berhadapan dengannya. lebih tepatnya bukan kalah tapi mengalah. mungkin kalau aku diposisi abang, aku pun akan mengalah karena sosok gadis kecil ini sangat-sangat rapuh* berharap engkau akan selalu diberikan kekuatan utk tetap bangkit dek!! Tak lupa kami saling mengingatkan utk segera move on,, *kalau aku bukannya belum move on, move on itu sudah jauh menghilang dari hidupku karena move on hanya utk org pacaran. Beda bgt dg ku yg mengenangnya karena ia memang abgku*.
Setelah melihat kepulangan anggi beserta keluarganya, aku menghampiri teman2 cowok BBS. Disitu ada riski,imam,harun dan harmus. Kusalami mereka satu per satu sekaligus pamit. Aku selalu menyukai moment pertemuan dan benci dg moment perpisahan. Berbicara sebentar bersama mereka sampai akhirnya aku kembali masuk. Berkumpul bersama teman2 cewek dan bertemu dg buk liza.
Yanti memintaku utk mengantarnya pulang, tapi jelas saja itu tak mungkin bagiku. Karena tak enak dg keluarga abg. Untungnya yanti mengerti posisiku. Apalagi ada anak b.ing juga. Mereka akan sulit berkomunikasi. Terutama rika yg sibuk mencari aal. Ternyata rika sudah mau pulang, disusul dg anak2 b.ing lainnya. Aku segera mengantarkan mereka utk berpamitan dg keluarga bg dayat. Soalnya mereka kan kesulitan mencari keluarga abg di tengah2 keramaian orang, apalagi utk yg baru bertemu sekali *yaaappp...aku sudah tau seluk beluk rumah itu, sehingga tak butuh waktu utk mencari keberadaan teman2. Apalagi disitu posisinya aku yg paling dekat dg keluarga abg. Jelas sangat berbeda dan tidak enak kalau harus pergi ditengah2 acara*
Setelah mengantarkan kepulangan anak b.ing, aku segera masuk dan bergabung dg teman2. Lebih tepatnya baru sempat bergabung karena sibuk mondar mandir.
Melihatku sibuk mondar mandir, tante dan kak opi juga sibuk bertanya apakah aku sudah makan. Mau gak mau dipaksa makan jadinya.. haha
Akupun segera makan, takut pertanyaan itu kembali muncul. Selesai aku makan, rupanya teman2 cewek BBS mau pamit juga *ada disa,dila,nur,je,ipat,mila dan yanti*.
Aku menemani mereka berpamitan disusul dg anak cowok. Saat mereka pamit, keluarga bg dayat bilang,"koq cepat kali pulangnya. Nyantailah dulu disini. Fitria belum pulang kan?? Masa rumah paling dekat mau pulang juga." Namun karena sudah larut malam, dan kasian dengan yg cewek akhirnya dibolehkan juga dg keluarga abg. "Walaupun dayat udh gak ada, tapi jangan segan2 main kesini. Masih ada kak opi dan ipan,"ujar ibu kepada anak laki2. Mereka hanya tersenyum. Sedangkan yg cewek sibuk ingin berselfie ria. Otomatis aku gak mau ketinggalan. Segera aku berlari ke tempat cewek2. *malam ini aku benar2 lupa kalau habis operasi, lupa kalau kaki ini masih sakit dan butuh istirahat*
Setelah berselfie ria, mereka pun bergegas pulang karena sudah larut malam, sedangkan aku kembali ke rumah bg dayat untuk membantu berkemas seusai acara. setelah selesai beres-beres, kak Opi menyuruhku duduk. Aku bercerita dengan tante dan sepupu2 kecil bg dayat. karena ku tahu rumah itu akan segera ramai dengan penghuni baru. keluarga besar abg masih ramai, agak canggung rasanya berada di tengah-tengah mereka. kembali ku utarakan keinginan ku kepada kak Opi untuk meminta baju itu kembali, namun keluarganya menyarankan agar tidak mengambilnya lagi karena itu barang bang yang dimilikinya, biasanya abang selalu memiliki baju yang sama dengan ipan. sehingga tak terlalu nampak kepunyaan dia sendiri. berbeda dengan baju itu yang khusus diberikan untuk abg. dan ipan tidak punya. sehingga hanya dia yang memakai. keluarga berharap agar aku tak memintanya lagi, supaya Ipan bisa memakainya, sehingga keluarga merasa seperti abg masih ada walaupun yang memakai baju itu adalah Ipan. *aku terdiam, tak menyangka bahwa Ipan akan mau memakainya. aku pikir ketika abg tak ada, mungkin baju itu akan dilupakan. tapi ternyata tidak. karena alasan yang menurut ku sangat masuk akal, aku pun mengurungkan niatku. dan mengikhlaskan semuanya. yahhh... semua orang yang menyayanginya pasti ingin dia tetap ada walaupun secara tidak langsung*
tak lama aku segera berpamitan, namun ibu heran karena aku pulang cepat padahal tidak ada orang dirumah. akhirnya ibu mengajak aku cerita diteras rumah. duduk berdua dengan beliau membuatku sedih. andai aja abang bisa lihat. inilah yang ia inginkan dari dulu. namun kesempatan itu tak kunjung datang sampai saat ini tiba. ibu menceritakan bagaimana abg sehari-hari, cara abg menceritakan aku kepada ibu, dan cara abang bertanya tentang kita. namun ibu selalu menasehati abg dengan baik. *jangan sampai nyakitin cewek, jangan sering ke rumah perempuan, nanti kita makan budi. tak baik macam itu. ayat tau kan dalam agama bagaimana batas cewek dan cowok bergaul, nasihat ibu". semuanya percakapan itu masih tergambar jelas dalam ingatan ku, aku pun menceritakan kalau abg paling pandai bujuk supaya aku kerumah dia dengan alasan teman kak Opi. *benar juga sih, tapi kan tak patut. tetap aja cewek gak boleh datang ke tempat cowok.* kuceritakan bagaimana abang bergaul dengan cewek ketika SMA, termasuk abg membuat ku menangis saat tampil mulok. *ibu tertawa mendengar kejahilan putranya yg takkan terulang*. raut wajah beliau yang teduh kembali mengingat kenangan abg saat abg menceritakan semua tentangku, termasuk saat abg dekat dengan cewek itu. cara ibu menanggapi semua yang abg ceritakan tentang begitu membuat aku tenang dan senang. 

Ini fto ketika dalam perjalanan menuju sungai rawa.. terimakasih atas waktunya teman2 :D










Ini foto saat aku berada di makam abang... bambang nih punya kerja fotoin... tapi thx you bams klu gak ku foto tak ada kenangan aku.. #gumawo


hari tepat tanggal 14 Oktober 2015
abang tau hari ini hari apa???
tiap tahun abang selalu ingat tanggal ini,, ini memang bukan tanggal penting buat orang lain,,tapi selalu menjadi tanggal penting buat kita.. setiap tanggal ini abang selalu update status.. selama 4 tahun setiap tanggal 14 Oktober abg buat status dengan kata2 "tanggal ini lagi,,semoga lebih baik atau bertemu dengan tanggal ini lagi" dan tanggal ini pun sempat diabadikan dalam blog abang berharap tanggal ini selalu menjadi tanggal penting buat kita dan kebaikan buat kita berdua. sampai pada tanggal 14 Oktober 2014 *setahun yang lalu* aku menemukan hal yang tak biasa abg tulis tentang tanggal kita. anehhh....sungguh aneh ketika aku membacanya.... seperti ada sesuatu yang janggal ketika aku membaca status abg. *ntah kenapa aku menjadi sedih* walaupun aku tahu bahwa sedihku tak pernah ku tunjukkan. walaupun aku sadar, tanggal itu tak pernah ku publikasikan. dan aku tak tau kenapa aku tak mempertanyakan hal itu, aku hanya berpikir mungkin abg sudah lelah. dan aku memakluminya. sampai akhirnya semua itu terjawab, dan semua itu awal dari sebuah pertanda bahwa abg tidak akan pernah mengingat tanggal itu lagi untuk selamanya dan itu adalah stat terakhir abang. *maafkan adekmu ini yang nyadarnya sangat-sangat terlambat*
yaaahhhh...kini tanggal itu tak kan pernah abang ingat dan abang bawa bersama sejuta kenangan kita yang tak pernah terganti oleh siapapun.. karena aku tau abang tidak akan pernah lupa dengan tanggal itu walaupun aku tak pernah selalu berada disisi abang..


stat terakhir abang untuk tanggal kita 14-10-14 *lagi dan lagi tanggal cantik*